1. Penyulit Kala III Persalinan
Atonia Uteri
Uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan
Penyebab
a. Partus lama
b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada kehamilan kembar, hidramnion atau janin besar
c. Multiparitas
d. Anastesi yang dalam
e. Anastesi lumbal
Penatalaksanaan
a. Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang mungkin berada di dalam mulut uterus atau di dalam uterus
b. Segera mlai melakukan kompresi bimanual interna.
c. Jika
uterus sudam mulai berkontraksi secara perlahan di tarik tangan
penolong. Jika uterus sudah berkontraksi, lanjutkan memantau ibu secara
ketat
d. Jika
uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta anggota keluarga
melakukan bimanual interna sementara penolong memeberikan metergin 0,2
mg IM dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI oksitosin/500 cc dengan
tetesan cepat).
e. Jika
uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi kompresi bimanual
interna setelah anda memberikan injeksi metergin dan sudah mulai IV
f. Jika
uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7 menit, bersiaplah untuk
melakukan rujukan dengan IV terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di
tempat r ujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya diinfuskan kemudian
teruskan dengan laju infus 125 cc/jam.
Retensio Plasenta
Plasenta atau bagian-bagianya dapat tetap berada di dalam uterus setelah bayi lahir.
Penyebab
a. Plasenta belum lepas dari didnding uterus
b. Plasenta
sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya
usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III)
c. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d. Plasenta melekat erat
pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai
miometrium-sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta)
Penatalaksanaan
a. Jika
plasenta terliahat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan. Jika anda
dapat merasakan adanya plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta
tersebut.
b. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan katerisasi kandung kemih
c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM, jika belum dilakuak dalam penanganan aktif kala III
d. Jika
plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan
uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali
e. Jika
traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalan untukmengeluarkan
plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7
menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudam menunjukan
koagulapati
f. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan antibiotik untuk metritis.
Emboli Air Ketuban
Emboli
air ketuban menimbulkan syok yang sangat mendadak dan biasanya berakhir
dengan kematian. Dengan mendadak penderita menjadi gelisah, sesak
nafas, kejang-kejang dan meninggal kemudian. Emboli air ketuban terjadi
pada his yang kuat dengan ketuban yang biasanya sudah pecah. Karena his
kuat, air ketuban dengan mekonium, rambut lanuago dan vernik kaseosa
masuk kedalam sinus-sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke paru-paru.
Pada syok karena emboli air ketuban sering ditemukan gangguan dalam
pembekuan darah
2.Penyulit Kala IV Persalinan
Perdarahan
Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau
pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml
setelah bayi lahir. Ada dua jenis menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24
jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas.
Penyebab tersering adalah atoni
uteri, yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah
bayi lahir. Normalnya, setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan
berkontraksi sehingga pembuluh darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti.
Namun, terjadi atoni uteri, rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik,
sehingga pembuluh darah tetap terbuka. Dengan demikian terjadilah perdarahan
postpartum.
Infeksi
Pasca Persalinan (Postpartum)
Infeksi post partum adalah infeksi
yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu
tubuh, yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24
jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan
tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa
telah terjadi infeksi post partum.
Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan
proses persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina.
Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah persalinan
Ruptur
Uteri
Secara
sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh.
Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu yang
mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan
dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan rahim yang
berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat
teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri
yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal.
Trauma
Perineum
Parineum adalah otot, kulit, dan
jaringan yang ada diantara kelamin dan anus. Trauma perineum adalah luka pada
perineum sering terjadi saat proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala
atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum
robek.
Berdasapkan tingkat keparahannya,
trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat. Trauma derajat satu
ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina.
Perdarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat dua, luka sudah mencapai otot.
Trauma derajat tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas, bahkan pada
derajat empat telah mencapai otot-otot anus, sehingga pendarahannya pun lebih
banyak.
0 komentar:
Posting Komentar